Rabu, 26 Desember 2012

Teknik-teknik Supervisi Individual



BAB I
PENDAHULUAN
1.1   Latarbelakang Masalah
Dalam dunia pendidikan, khususnya dalam masalah pembelajaran, supervisi dengan berbagai konsepnya memiliki peranan yang sangat penting. Supervisi  berusaha untuk membantu meningkatkan proses pembelajaran dengan mengatasi permasalahan-permasalahan yang terjadi didalamnya, baik itu masalah yang dihadapi guru dalam mengajar, kondisi belajar siswa, bahkan media dan fasilitas yang tersedia. Oleh karena itu, setiap lembaga atau institusi pendidikan tentunya tidak dapat melepaskan diri dari kegiatan supervisi.
Melaksanakan kegiatan supervisi dalam rangka perbaikan pembelajaran menjadi salah satu tugas seorang supervisor. Agar pelaksanaannya dapat berjalan secara efektif, diperlukan sebuah keterampilan tekhnikal yang harus dimiliki oleh seorang supervisor[1]. Keterampilan yang dimaksud berupa kemampuan menerapkan teknik-teknik supervisi yang tepat dalam pelaksanaan kegiatan supervisi.  Pemahaman dan penguasaan teknik-teknik tersebut oleh supervisor, menjadi suatu keharusan jika ingin pelaksanaan supervisi di sekolah/madrasah, dapat berjalan dengan baik sehingga dapat meningkatkan mutu pembelajaran.
Secara umum, teknik-teknik supervisi yang seharusnya dipahami dan dikuasai oleh seorang supervisor ada dua macam. Kedua macam teknik tersebut yaitu teknik supervisi individual dan teknik supervisi kelompok. Pada kesempatan ini, pemakalah hanya memfokuskan pembahasan pada teknik supervisi secara individual saja. Penjelasan tentang teknik tersebut akan dibahas pada bab selanjutnya.
1.2  Tujuan dan Fungsi Pembahasan
Adapun tujuan dari pembahasan ini adalah untuk memahami teknik-teknik apa saja yang dapat dilakukan oleh seorang supervisor dalam melakukan kegiatan supervisi secara individual dalam rangka memperbaiki dan meningkatkan mutu pembelajaran di sekolah.
Pembahasan ini juga berfungsi bagi mahasiswa sebagai calon guru. Adanya pembahasan ini dapat menjadi modal atau bekal pengetahuan mahasiswa yang mungkin kelak akan menjadi guru atau kepala sekolah. Di masa mendatang, pengetahuan itu tentunya akan sangat membantunya dalam melaksanakan praktik-praktik supervisi yang dilakukan untuk meningkatkan kualitas mengajarnya sebagai guru, atau untuk meningkatkan kemampuannya dalam membantu guru dalam memecahkan permasalahan mengajar sebagai kepala sekolah/supervisor.
1.3  Metode Penyusunan
Makalah ini disusun berdasarkan kepada 3 bab. Bab pertama adalah bab pendahuluan, yang merupakan pengantar bagi pembahasan. Bab kedua adalah bab pembahasan, yang berisi tentang pembahasan-pembahasan yang akan disampaikan. Dan bab ketiga adalah bab kesimpulan, yang menjadi penutup dari pembahasan.
BAB II
TEKNIK-TEKNIK SUPERVISI INDIVIDUAL
2.1  Pengertian Teknik Supervisi Individual
            Lantip Diat Prasojo & Sudiyono dalam “Supervisi Pendidikan”  mengemukakan bahwa teknik supervisi individual adalah pelaksanaan supervisi peseorangan terhadap guru[2]. Supervisor di sini hanya berhadapan dengan seorang guru, sehingga dari hasil supervisi ini akan diketahui kualitas pembelajarannya.
            Dari pengertian di atas, dapat dipahami bahwa teknik supervisi individual adalah pelaksanaan supervisi yang hanya ditujukan kepada satu orang guru saja. Kegiatan supervisi tidak berlaku pada dua orang guru atau lebih.
2.2  Teknik-teknik Supervisi Individual
            Dari berbagai macam teknik yang dikemukakan oleh para ahli, maka teknik-teknik supervisi individual terbagi kepada beberapa macam teknik berikut:
2.2.1  Kunjungan Kelas (Classroom Visitation)
            Kunjungan kelas adalah teknik pembinaan guru oleh kepala sekolah, di mana ia mengunjungi kelas tempat guru mengajar untuk mengamati suasana belajar di kelas itu. Teknik ini bertujuan untuk membantu guru-guru dalam mengatasi kesulitan-kesulitan yang dihadapi di kelas[3]. Kunjungan yang dilakukan juga berfungsi untuk membantu pertumbuhan profesionalisme guru ataupun supervisor, karena memberi kesempatan untuk meneliti prinsip dan hal belajar mengajar itu sendiri.
Jenis-jenis Kunjungan Kelas
            Kunjungan terhadap kelas, dapat dibedakan kepada beberapa jenis berikut:
1)    Kunjungan tanpa pemberitahuan terlebih dahulu (unannounced visitasion)
Pada kunjungan ini, seorang supervisor datang secara tiba-tiba ke kelas tempat guru mengajar tanpa ada pemebritahuan sebelumnya terhadap guru tersebut[4]. Kunjungan seperti ini memiliki sisi kelebihan dan sisi kelemahan.
            Adapun sisi keuntungannya ialah sebagai berikut:
-       Supervisor dapat mengetahui kondisi real yang sesungguhnya, sehingga ia dapat menentukan bantuan apa yang dibutuhkan oleh guru
-       Bagi seorang guru, kunjungan secara tiba-tiba ini dapat melatihnya untuk selalu mempersiapkan diri dalam melaksanakan tugasnya
Sedangkan sisi kelemahannya adalah:
-       Guru akan menjadi bingung dan gugup dengan datangnya supervisor secara tiba-tiba, sehingga timbul prasangka bahwa ia akan dinilai dan hasilnyapun kurang memuaskan.
-       Bagi sebagian guru yang tidak senang dikunjungi secara tiba-tiba, akan beranggapan bahwa supervisor datang hanya untuk mencari kesalahan saja, sehingga menimbulkan hubungan yang kurang baik antara guru dan supervisor.
2)    Kunjungan dengan adanya pemberitahuan sebelumnya (announced visitation)
Dalam kunjungan ini, supervisor datang ke kelas berdasarkan jadwal yang telah direncanakan dan ditetapkan terhadap kelas yang akan dikunjungi. Kunjungan seperti ini juga memiliki keuntungan dan kekurangan.
Adapun keuntungannya adalah adanya pembagian waktu yang merata bagi pelaksanaan supervisi terhadap semua guru yang membutuhkannya. Dengan demikian, akan tercapai efisiensi kerja dan meningkatkan proses belajar dan mengajar. Di samping itu, kunjungan ini juga dapat memberikan kesempatan bagi supervisor untuk menyusun konsep pengembangan yang kontinu dan terencana.
Sedangkan kekurangannya, yaitu adanya kemungkinan pengurangan kesempatan bagi guru-guru yang lebih banyak membutuhkan supervisi. Keterbatasan waktu yang ditentukan itu akan menekan guru yang bersangkutan untuk menunggu giliran berikutnya.
3)    Kunjungan atas dasar undangan guru (visits upon invitation)
Pada kunjungan seperti ini, supervisor diundang oleh guru untuk mengunjungi kelasnya. Namun jarang sekali ada guru yang menghendaki pimpinannya mengamati suasana kelas pada saat ia melakukan tugasnya. Akan tetapi, kunjungan seperti akan lebih baik baginya dalam upaya memperbaiki atau meningkatkan kemampuannya. Sebab, dengan cara seperti ini, ia dapat belajar untuk bersikap terbuka guna memperoleh berbagai pengalaman baru dari hubungan kerja samanya dengan supervisor. Di samping itu, ini juga dapat mendorongnya untuk berupaya mengaktualisasikan kemampuannya. Sikap dan dorongan seperti ini merupakan suatu alat baginya untuk mencapai tingkat profesional[5].
Kunjungan atas dasar ini, memiliki sisi positif dan sisi negatifnya. Adapun sisi positifnya, bagi seorang supervisor, hal ini dapat menambah pengalamannya dalam bekerja sama dengan guru serta belajar dari pengalaman tersebut. Sedangkan bagi guru, akan lebih mudah baginya untuk memperbaiki dan meningkatkan kemampuannya, karena motivasi untuk belajar dari pengalaman dan bimbingan dari supervisor tumbuh dari dalam dirinya sendiri.
Sedangkan sisi negatifnya adalah adanya kemungkinan terjadi manipulasi dari pihak guru, yaitu suasana kelas yang dibuat-buat sedemikian baiknya yang lazimnya tidak demikian, sehingga akan menimbulkan kesukaran  untuk mengetahui keadaan yang sebenarnya.
Tahap-tahap Kunjungan Kelas
            Menurut Lantip Diat Prasojo & Sudiyono, tahapan kunjungan kelas terdiri dari beberapa tahap berikut[6]:
a)    Tahap persiapan
Pada tahap ini, supervisor merencanakan waktu, sasaran, dan cara mengobservasi selama kunjungan kelas. Di samping itu, ada beberapa hal yang perlu diketahuinya sebelum melakukan kunjungan, yaitu:
-       Hal-hal yang menyangkut keadaan guru seperti kepribadiannya, pengetahuannya, keadaan fisik dan mentalnya, serta status sosial dan lain-lainnya.
-       Situasi lingkungan sekitar sekolah yang turut memberikan pengaruh.
-       Keadaan pendidikan dan lingkungan anak-anak di rumah
-       Informasi tentang problema yang dihadapi guru-guru
b)    Tahap pengamatan selama kunjungan
Pada tahap ini, supervisor mengamati jalannya proses pembelajaran yang sedang berlangsung.
c)    Tahap akhir kunjungan
Pada tahap ini, supervisor bersama guru mengadakan perjanjian atau kesepakatan untuk membicarakan hasil-hasil kunjungan.
d)    Tahap tindak lanjut
Pada tahap ini, supervisor telah menyimpulkan dan menguasai permasalahan dari data yang diperoleh. Selanjutnya ia merumuskan langkah-langkah yang akan dilakukan sebagai solusi untuk permasalahan yang ada.
2.2.2  Observasi Kelas (Classroom Observation)
            Observasi kelas adalah mengamati proses pembelajaran di kelas secara lengkap dan teliti. Ide pokonya adalah mencatat apa yang terjadi selain reaksi yang ditimbulkan supervisor yang dapat menimbulkan ketidaknyamanan bagi guru yang diamati[7]. Suatu rekaman yang disimpan dengan baik akan bermanfaat dalam analisis dan komentar kemudian.
            Adapun tujuan dari observasi di sini adalah untuk memperoleh data yang seobyektif mungkin sehingga bahan yang diperoleh dapat digunakan untuk menganalisa kesulitan-kesulitan yang dihadapi guru-guru dalam usaha memperbaiki hal belajar mengajar.
Jenis-jenis Observasi Kelas
            Observasi yang dilakukan dikelas dapat dibedakan kepada dua jenis, yakni:
1.    Observasi langsung (direct observation)
Observasi langsung adalah pengamatan yang dilakukan secara langsung di dalam kelas. Supervisor ikut berada di dalam kelas bersama guru dan murid selama pembelajaran berlangsung.
2.    Observasi tidak langsung (indirect observation)
Observasi secara tidak lagsung merupakan observasi yang dilakukan di mana supervisor tidak berada di dalam ruangan kelas bersama guru dan siswa. Orang yang diobservasi dibatasi oleh ruang kaca di mana murid-murid tidak mengetahuinya. Observasi dengan jenis ini biasanya dilakukan di dalam laboratorium untuk pengajaran mikro.
Aspek-aspek yang Diobservasi di Dalam Kelas
            Lantip Diat Prasojo & Sudiyono mengemukakan, secara umum, aspek-aspek yang diobservasi adalah sebagai berikut[8]:
-       Usaha-usaha dan aktivitas guru dan peserta didik dalam proses pembelajaran.
-       Cara menggunakan media pengajaran.
-       Variasi metode yang digunakan.
-       Ketepatan penggunaan media dengan materi.
-       Ketepatan penggunaan metode dengan materi.
-       Reaksi mental para peserta didik dalam proses belajar mengajar
Hal-hal yang Harus Diperhatikan dalam Kegiatan Observasi
Ada beberapa hal yang harus diperhatikan oleh seorang supervisor dalam kegiatan observasi[9], yaitu:
-       Menciptakan situasi yang wajar (cara masuk kelas), mengambil tempat di dalam kelas yang tidak menjadi pusat perhatian murid-murid, tidak mencampuri guru yang yang sedang mengajar, sikap waktu mencatat tidak menimbulkan prasangka dari pihak guru.
-       Membedakan mana yang penting untuk dicatat dan mana yang kurang penting.
-       Bukan melihat kelemahan, melainkan bagaimana memperbaikinya.
-       Memperhatikan reaksi atau kegiatan murid-murid dalam proses belajarnya.
Sedangkan Menurut Mukhtar & Iskandar, hal-hal yang harus diperhatikan dalam kegiatan observasi adalah[10]:
-       Kelengkapan catatan yang nantinya sangat berguna dalam menganalisa apa yang telah terjadi selama pelajaran berlangsung.
-       Fokus terhadap hal yang akan diamati, misalnya, dalam suatu pelajaran tertentu adalah baik untuk memfokuskan observasi tersebut pada reaksi siswa terhadap pertanyaan guru.
-       Menyesuaikan observasi pada periode perkembangan mengajar guru.
-       Mencatat komentar sewaktu guru memberikan komentar ketika proses pembelajaran berlangsung.
-       Pola mengajar, yakni pola tingkah laku mengajar tertentu dari guru.
Alat-alat yang Digunakan dalam Observasi
            Untuk memperoleh data tentang situasi belajar dan mengajar, dapat digunakan suatu alat yang biasa disebut dengan Check-List. Check-list adalah alat untuk mengumpulkan data dalam melengkapi keterangan-keterangan yang obyektif terhadap situasi belajar dan mengajar di dalam kelas[11]. Bentuk check-list berupa suatu daftar yang berisi item-item tertentu yang telah disediakan terlebih dahulu dan si pengamat hanya tinggal mengecek tiap item tersebut.
            Check-list yang dimaksud dapat dibedakan atas dua jenis, yaitu:
a)    Evaluative check-list
Evaluative check-list adalah suatu daftar yang berisi tentang pertanyaan-pertanyaan yang disusun secara berkelompok dan merupakan standar beserta penilaiannya. Misalnya, pertanyaan tentang keaktifan antara guru dan murid, perhatian murid-murid ketika guru menyajikan pelajaran, dinamika kelas dan sebagainya. Susunannya dapat berupa pernyataan (statement) atau item-item yang dijawab dengan “ya” atau “tidak”.
b)    Activity check-list
Activity check-list adalah suatu daftar kegiatan yang dijawab oleh si pengamat dengan cara mengecek. Daftar tersebut berisi pertanyaan-pertanyaan khusus tentang kegiatan yang biasanya dicek dengan memakai skala “ya” atau “tidak”.
Pada prinsipnya, kedua jenis check-list ini sama, hanya pada evaluative check-list pertanyaan-pertanyaan itu bersifat evaluatif, sedangkan pada activity check-list, lebih menunjukkan kepada kegiatan-kegiatan belajar.
Factual Record
            Factual record adalah suatu catatan yang didasarkan pada kenyataan yang ada[12]. Catatan-catatan itu hanya bersifat melengkapi sebagian dari apa telah dilakukan dalam kegiatan observasi.
            Bentuk catatan ini juga dapat dibedakan kepada dua macam, yakni:
1)    Attention chart
Attention chart adalah daftar yang berisi simbol atau kode memberikan gambaran tentang status murid-murid yang memberikan perhatiannya terhadap hal mengajarnya guru[13]. Dan berdasarkan kode tersebut, maka dapat dianalisis tingkat perhatian murid dalam proses tanya jawab selama pembelajaran berlangsung.
2)    Participation chart
Participation chart adalah daftar yang digunakan untuk mencatat partisipasi murid-murid di dalam kelas. Dengan daftar tersebut, kita dapat melihat dan menyelidiki reaksi-reaksi murid, sering atau tidaknya murid berpartisipasi, aktif atau tidaknya murid, dan sebagainya.
Participation chart ini, juga dibedakan atas dua bentuk, yaitu quantity participation chart dan quality participation chart.
Quantity participation chart merupakan daftar partisipasi murid dilihat dari segi kuantitasnya atau berapa banyak partisipasi yang dilakukan siswa selama proses pembelajaran. Adapun cara-caranya adalah sebagai berikut:
-       Tiap murid yang ikut berpartisipasi, diberi tanda x atau 1 di belakang namanya.
-       Banyak partisipasi yang dilakukan murid dijumlahkan.
Quality participation chart adalah daftar partisipasi murid dilihat dari segi kualitasnya yang meliputi positif atau negatifnya sumbangan pemikirannya, dan berarti atau tidaknya sumbangan pemikirannya. Cara-cara yang dilakukan adalah:
-       Tiap murid yang ikut memberikan sumbangan pemikirannya diberi tanda-tanda berikut:
+    = bila sumbangan pikirannya positif
-       = bila sumbangan pikirannya negatif
?     = bila sumbangan pikirannya merupakan suatu pertanyaan
0     = bila sumbangan pikirannya tidak berarti apa-apa
-     Masing-masing sumbangan tersebut dijumlahkan
2.2.3     Pertemuan Individual/Percakapan Individual (Individual Conference)
Pertemuan individual yang dimaksud adalah adanya proses percakapan, dialog, dan saling tukar pikiran antara supervisor dan guru. Dengan demikian, istilah populer lainnya dari pertemuan individual adalah percakapan atau perbincangan individual.
Menurut Lantip Diat Prasojo & Sudiyono, pertemuan individual bertujuan sebagai berikut[14]:
-       Memberikan kemungkinan pertumbuhan jabatan guru melalui pemecahan kesulitan yang dihadapi.
-       Mengembangkan hal mengajar yang lebih baik lagi.
-       Memperbaiki segala kelemahan dan kekurangan pada diri guru.
-       Menghilangkan atau menghindari segala prasangka yang bukan-bukan.
Jenis-jenis Pertemuan/Percakapan Individual
            Menurut George Kyte seperti yang dikutip oleh Piet S. Sahertian & Frans Mataheru, ada dua jenis percakapan melalui kunjungan kelas[15], yaitu:
a.    Percakapan pribadi setelah kunjungan kelas (bersifat formal)
Percakapan jenis ini terjadi ketika ada kesepakatan bersama antara supervisor dan guru untuk mengadakan individual conference setelah kunjungan dilaksanakan, guna membicarakan hasil kunjungan tersebut.
b.    Percakapan pribadi seperti percakapan biasa sehari-hari
Biasanya percakapan ini berlangsung layaknya kegiatan ramah-tamah sehari-hari, di mana guru mengemukakan suatu problema kepada supervisor atau sebaliknya. Umpamanya, sebelum sekolah mulai, sebelum mengajar, pada waktu istirahat, atau sesudah mengajar. Dalam hal ini, keduanya secara tak langsung mengemukakan suatu pertanyaan yang berhubungan dengan pembelajaran.
Berkaitan dengan kedua macam jenis di atas, Swearingen (1961) mengklasifikasikan percakapan individual kepada empat jenis percakapan berikut[16]:
1.     Classroom-conference, yaitu percakapan individualyang dilaksanakan di dalam kelas ketika para peserta didik sedang meninggalkan kelas (istirahat).
2.    Officeroom-conference, yaitu percakapan individual yang dilaksanakan di ruang kepala sekolah atau ruang guru, di mana sudah dilengkapi dengan alat-alat bantu yang dapat digunakan untuk memberikan penjelasan pada guru.
3.    Causal-conference, yaitu percakapan individual yang bersifat informal, yang dilaksanakan secara kebetulan.
4.    Observational-visitation, yaitu percakapan individual yang dilaksanakan setelah supervisor melakukan kunjungan kelas atau observasi kelas.
2.2.4     Kunjungan Antar Kelas (Intervisitation)
Kunjungan antar kelas, maksudnya adalah guru yang satu dengan guru yang lainnya saling mengunjungi kelas satu sama lain di sekolah itu sendiri. Tujuannya adalah untuk saling berbagi pengalaman dalam pembelajaran[17].
Intervisitation ini dapat dibedakan kepada dua bentuk beikut:
1.    Supervisor memberikan arahan kepada seorang guru yang mengalami kesulitan, untuk melihat rekan-rekan guru lain yang mengajar. Guru yang ditunjuk, tentunya adalah orang yang memiliki keahlian dan keterampilan yang cukup dalam menggunakan teknik-teknik mengajar.
2.    Di kebanyakan sekolah, kepala sekolah menganjurkan kepada guru-guru agar saling mengunjungi rekan-rekan di kelas atau sekolah lain. Tetapi untuk bentuk yang kedua ini, ini diperlukan perencanaan dan musyawarah terlebih dahulu.
Adanya kunjungan antar kelas seperti yang disebutkan di atas, dapat memberikan kebaikan-kebaikan[18], di antaranya:
-       Memberikan kesempatan mengamati rekan lain yang sedang memberikan pelajaran.
-       Memberi motivasi yang lebih terarah terhadap aktivitas mengajar. Guru akan mudah belajar dari temannya sendiri karena keakrakaban hubungan atas dasar saling kenal.
-       Sifat bawahan terhadap pemimpin seperti halnya supervisor dan guru tidak ada sama sekali, sehingga diskusi dapat berlangsung secara wajar dan mudah mencari penyelesaian terhadap suatu persoalan melalui musyawarah.
2.2.5     Menilai Diri Sendiri (Self Evaluation Check-List)
Menilai diri sendiri adalah penilaian yang dilakukan terhadap diri sendiri secara obyektif. Untuk maksud itu diperlukan kejujuran diri sendiri. Adapun cara yang dapat dilakukan dalam upaya menilai diri sendiri ialah[19] :
-       Membuat suatu daftar pandangan atau pendapat yang ditujukan kepada murid untuk menilai pekerjaan atau aktivitas guru.
-       Menganalisa tes-tes terhadap unit-unit kerja.
-       Mencatat aktivitas murid-murid dalam suatu catatan, baik mereka bekerja kelompok  maupun perseorangan

 BAB III
             KESIMPULAN
            Teknik supervisi individual adalah teknik pelaksanaan kegiatan supervisi terhadap satu orang guru, tidak ditujukan kepada dua orang guru atau lebih. Dalam pelaksanaan supervisi, ada bebrapa teknik yang dapat diterapkannya di dalamnya, yaitu antara lain:
1.    Kunjungan kelas (classroom visitation)
2.    Observasi kelas (classroom observation)
3.    Pertemuan/percakapan pribadi (individual conference)
4.    Kunjungan antar kelas (intervisitation)
5.    Menilai diri sendiri (self evaluation check-list)
DAFTAR  PUSTAKA
Mukhtar & Iskandar. Orientasi Baru Supervisi Pendidikan. 2009. Cet. I. Jakarta:Gaung Persada Press
Prasojo, Lantip Diat, & Sudiyono. Supervisi Pendidikan. 2011. Edisi Revisi Yogyakarta:Penerbit Gava Media
Sahertian, Piet, A. Konsep Dasar & Teknik Supervisi Pendidikan (Dalam Rangka Membangun Sumber Daya Manusia). 2008. Cet. II. Jakarta: Rineka Cipta
Sahertian, Piet, A. & Mataheru, Frans. Prinsip & Tehnik Supervisi Pendidikan. 1982. Surabaya: Usaha Nasional
Soemono, Wasty, & Soetopo, Hendiyat. Kepemimpinan dan Supervisi Pendidikan. 1988. Cet. II. Jakarta: PT Bina Aksara






[1]  Lantip Diat Prasojo & Sudiyono. Supervisi Pendidikan. 2011. Cet. I. Yogyakarta: Penerbit Gava Media. Hal. 101
[2]  Ibid. Lantip Diat Prasojo & Sudiyono. Hal. 102
[3]  Hendiyat Soetopo & Wasty Soemanto. Kepemimpinan dan Supervisi Pendidikan. 1988. Cet. II. Jakarta: PT Bina Aksara. Hal. 46
[4]  Piet A. Sahertian. Konsep Dasar & Teknik Supervisi Pendidikan. 2008. Edisi Revisi. Jakarta: PT Rineka Cipta. Hal. 54
[5]  Ibid. Piet A. Suhertian. Konsep Dasar & Teknik Supervisi Pendidikan. Hal 55
[6] Lantip Diat Prasojo & Sudiyono. Sepervisi Pendidikan. Hal. 103
[7]  Mukhtar & Iskandar. Orientasi Baru Supervisi Pendidikan. 2009. Cet. I. Jakarta: Gaung Persada Press. Hal. 67
[8]  Opcit. Lantip Diat Prasojo & Sudiyono. Sepervisi Pendidikan. Hal. 104
[9]  Piet A. Sahertian. Konsep Dasar & Teknik Supervisi Pendidikan. Hal. 57
[10] Mukhtar & Iskandar. Orientasi Baru Supervisi Pendidikan. Hal. 67
[11]  Piet A. Sahertian & Frans Mataheru. Prinsip & Teknik Supervisi Pendidikan. 1982. Surabaya: Usaha Nasional. Hal 53
[12] Piet A. Sahertian. Konsep Dasar & Teknik Supervisi Pendidikan. Hal. 68
[13] Opcit. Piet A. Sahertian & Frans Mataheru. Prinsip & Teknik Supervisi Pendidikan. Hal. 63
[14] Lantip Diat Prasojo & Sudiyono. Sepervisi Pendidikan. Hal. 105
[15]  Piet A. Sahertian & Frans Mataheru. Prinsip & Teknik Supervisi Pendidikan. Hal. 71
[16]  Opcit. Lantip Diat Prasojo & Sudiyono. Sepervisi Pendidikan. Hal. 105
[17]  Ibid. Lantip Diat Prasojo & Sudiyono. Sepervisi Pendidikan. Hal. 106
[18]  Piet A. Sahertian. Konsep Dasar & Teknik Supervisi Pendidikan. Hal. 79
[19]  Hendiyat Soetopo & Wasty Soemanto. Kepemimpinan dan Supervisi Pendidikan.  Hal. 68